a. Teknik Narodot
Pengaturan motif tabuhan dari We’nya dan Naknya dalam instrumen Dau dipisahkan berdasarkan ritmik dalam musik yang dimainkan. Misalnya antara tabuhan Panimpak dan Panarodot saling bersahut-sahutan dengan motif tabuhan lainnya. Teknik tabuhan tersebut dinamakan Narodot, yaitu memukul satu nada beberapa kali dalam satu ketukan secara rapat dan bergetar. Teknik ini sama dengan teknik tril dalam musik barat. Teknik ini digunakan pula pada permainan Tengga’ dan Saron dayak Kanayatn.
b. Tenik Nyantel
Teknik Nyantel hampir sama dengan teknik Narodot, bedanya yang ditabuh adalah instrumen Panyantel (sol) pada instrumen Dau dibarengi dengan menabuh Panangkekng (do) munggunakan teknik tril. Pertama, kedua instrumen itu ditabuh berbarengan kemudian ditabuh secara bergantian. Teknik penyantel ini terkadang digunakan pula ketika menabuh anak Dau yang lain.
Teknik Nyantel kebanyakan dimainkan secara Sincope atau dimainkan secara bergantian dan saling mengunci antara permainan satu dengan lainnya. Kebanyakan teknik ini dimainkan Dau naknya dengan menabuh nada yang jatuh pada hentakan off beat, sehingga membentuk inter locking atau nada yang saling berkaitan antara tabuhan wenya dan naknya.
c. Teknik Tukop (tutup)
Teknik Tukop adalah menutup instrumen yang ditabuh dengan cara menempelkan stik pada anak Dau. Teknik ini selalu digunakan dalam setiap tabuhan. Fungsinya untuk memendekkan suara dengan cara menutup tabuhan pada instrumen yang dipukul lalu diikuti tabuhan nada selanjutnya, sehingga terkesan nada-nada yang dimainkan berhenti secara mendadak. Bunyi dari teknik Tukop sama dengan bunyi yang dihasilkan teknik Patet dalam gemelan Jawa (Marco De Marinis dalam I Komang Sudirga: 2005, hal. 222-223). sedangkan perbedaannya bila ditukop menghentikan bunyi dengan alat tabuh, sedangkan dipated menghentikan bunyi menggunakan tangan.
Keustakaan
- I Komang Sudirga, Cakepung: Ansambel Vokal Bali (Yogyakarta: Kalika, 2005)