Teramat sulit untuk menilai sebuah penampilan, terutama yang berhubungan dengan seni pertunjukan yang akrab dengan dunia panggung dan penuh kejutan ide liar dengan kekayaan nilai estetik. namun pada sisi lain sebuah ajang kreatifitas perlu dinilai untuk memacu peningkatan mutu dalam kreasi selanjutnya. mungkin disinilah kita sering terjebak untuk menentukan kriteria penilaian menurut referensi kita sendiri, atau terperosok dalam kaburnya kriteria itu sendiri karena sedikitnya pengetahuan kita yang kemungkinan besar menimbulkan kesalahan dalam menafsirkan elemen seni di dalam suatu repertoar pertunjukan.
Perlu digaris bawahi menilai suatu pertunjukan seni kreasi yang berangkat dari tradisi hal pertama yang perlu dimengerti adalah latar belakang budaya tradisi itu sendiri. latar belakang tersebut biasanya berhubungan dengan suatu kejadian yang langsung berhubungan dengan adat atau kebiasaan sehari-hari. pada sisi lain ia juga sebagai pedoman untuk dijadikan sebuah pengajaran hidup sosial dalam masyarakat, mengenai mana yang lajim dan tidak lajim dilakukan untuk suatu masyarakat tertentu.
Selanjutnya adalah memahami segmentasi seni itu sendiri yang berupa potongaan-potongan motif bentuk keindahan yang ada di masyarakat. di sini kita tidak bisa memandang secara global, artinya kita tidak dapat memandang suatu motif gerak atau irama dalam seni tari dan musik adalah suatu kesamaan. hal ini karena masing-masing daerah mempunyai kekhasan gerak tersendiri dalam kesenian yang mereka miliki. disamping itu pembatasan yang namanya garapan dan keaslian gerak tradisi perlu di buang jauh-jauh, karena bila hal itu dijadikan kriteria penilaian akan mengaburkan penilaian itu sendiri. contohnya dalam Festival Budaya BUmi Khatulistiwa tahun 2009, dimana adanya pengakumulasian prosentase antara bentuk garap karya dengan keaslian seni. lalu bisakah kita menentukan berapa persen untuk kapasitas garap, berapa persen untuk keaslian seni tradisi itu sendiri. sungguh suatu ketidakjelasan.
Pandangan suatu wadah kreatif buakan sejauh mana bentuk kreatif yang di olah, namun me-review ulang bentuk sederhana sebuah sei tradisi ke dalam bentujnya yang baru dengan tidak meninggalkan ciri khas budaya yang ada. dari sini kita dapat melihat sebuah bentuk kreatifitas yang mengakar dan berpegang pada nilai yang ada dalam kehidupan masyarakat, sekali lagi bukan keaslian seninya yang perlu dinilai, namun ide kreatif dalam sebuah pertunjukan untuk mengangkat apa yang berharga dari masing-masing budaya. dengan begini sebuah seni tradisi tidak akan kehilangan jejak untuk dinikmati sekaligus dinilai dari segi penampilannya. jangan salah kaprah menganggap bentuk garap kesenian lain kaya dengan keindahan dan hal-hal baru. tidak ada kesenian yang baru, yang ada adalah ide kreatif penciptanya. mungkin inilah yang perlu dipikir ulang untuk menilai kreatifitas dalam lingkup khasanah budaya. saya berani mengatakan bahwa seni itu akan tetap seperti itu sampai kiamat, kalau tidak ada yang mau merubah dan berani merubahnya. hal ini karena budaya akan maju tergantung tingkat dan pola pikir manusianya yang menjadi subjek dari kebudayaan tersebut.
menata ulang seni tradisi tidak perlu atau memaksakan segala sesuatunya harus baru. kalau itu yang menjadi tujuan lebih baik kita bikin suatu seni yang baru tanpa berpegang pada tradisi. pada sisi lain di kalimantan jarang sekali ada pertunjukan yang benar-benar mengangkat tradisi. di sinilah letak pemahaman akan kreatifitas, sekali lagi jangan dinilai sebuah tradisi menurut perspektif akademis yang kadang mengaburkan, karena di akademis kita hanya belajar metode penilaian, sedangkan untuk menilainya kita harus menjadi menalar pemikiran masyarakat pemilik tradisi itu sendiri, bagaimana mereka memandangnya dan memperlakukan seni tradisi dalam lingkup kehidupan mereka sehari-hari. lalu....tentang nilai sebuah kreatifitas hanyalah sebuah bentuk ide kreatif yang dituagkan melalui media seni, baik gerak, ekspresi, bunyi dan lain sebagainya. seandainya ada sentuk garap kesenian yang memuat nilai-nilai tradisi itu adalah semata pilihan senimannya. namun perlu juga diingat kalo berangkat melalui seni tradisi mungkin itu akan mempunyai nilai lebih sesuai dengan tema ajang kreatifitas itu sendiri.
Suatu hal yang lebih penting untuk diperhatikan dibalik wadah sebuah kreatifitas dari masing-masing daerah adalah tetap mempertahankan nilai-nilai yang ada sesuai budayanya masing-masing. karena tidak ada budaya yang lebih baik, namun yang ada hanya mempunyai keunggulan dari beberapa segi masing-masing. pada sisi yang lain sebuah ajang kreatifitas jangan dijadikan sebuah ajang lomba egoisme, namun perlu dijadikan sebuah wadah pembelajaran dan silaturahmi antar seniman. hal inilah yang akan meningkatkan nilai emosional dalam proses perluasan wawasan dalam mengembangkan bakat dan kreatifitas berkesenian.
Beberapa hal ini perlu direnungi agar kita dapat menumbuh-kembangkan proses berkesenian yang sehat dan tertata menurut cita-cita luhur bangsa. kesenian tidak dapat dipenjara oleh egoisme seseorang, namun kesenian akan berjalan sesuai kodratnya bersama seniman bila kita mau menerima dan menjadi bagian dari kesenian itu sendiri. bukan bagaimana kamu harus membuat seni itu bernilai namun memfungsikan seni untuk diri sendiri dan orang lain, dan memperlakukannya secara wajar sesuai dengan posisinya sebagai bagian dari unsur budayanya dimana kesenian itu tumbuh dan berkembang bersama berjalannya kehidupan yang kita jalani.