Skip to main content

follow us

musik dayak kanayatn
Setiap karya seni, apa pun jenisnya mengandung tiga aspek mendasar yakni: (a) Wujud (apperance); (b) bobot (content, substance); dan (c) Penampilan (presentation). Begitu juga dengan musik Dayak Kanayatn sebagai karya seni juga mengandung aspek wujud berupa perpaduan unsur-unsur seni lainnya secara total. Berdasarkan aspek wujudnya, irama musik Dayak Kanayatn dapat diamati dan segi aspek internal, seperti motivasi, stimulasi, transformasi. Selanjutnya aspek eksternal, seperti laras, instrumentasi, klasifikasi, teknik, dan komposisi.

Komposisi irama musik Dayak Kanayatn menggunakan struktur, seperti ritme, melodi, harmoni dan dinamika. Struktur ini akan membentuk kualitas musik menjadi suatu yang mempunyai nilai estetis dan dapat dinikmati keindahannya. Struktur tersebut tidak terlepas dari latar belakang budaya, sehingga sebuah musik meskipun mengacu pada unsur-unsur musikalitas dan nilai-nilai estetis pada akhirnya akan membentuk sebuah karakter dan ciri khas tersendiri sesuai dengan budaya yang melingkupinya.

Karakteristik irama musik Dayak Kanayatn menjadi sebuah wahana estetis untuk mendukung nilai-nilai budaya yang terdapat dalam irama musik tersebut. Hal ini karena keindahan itu tidak terlepas dari aspek pendukungnya, seperti bobot (isi) mencakup ide (gagasan), simbol, atau pesan yang disajikan, termasuk pula unsur-unsur musikalitasnya. Ide biasanya menjadi tema sentral, sedangkan aspek penampilan adalah keserasian perilaku antara ide dan bentuk yang dikemas dalam suatu penyajian (penampilan) estetis. Keseluruhan faktor dan elemen tersebut merupakan faktor penentu kualitas dari irama musik Dayak Kanayatn, sehingga musik tersebut dapat dinikmati sebagai sebuah produk keindahan sekaligus sebagai ciri khas budaya lokal.

Sebuah karya seni dapat diamati secara intelektual atau bagaimana bahan-bahan itu tersusun, sehingga secara emosional dapat dipahami perasaan yang diekspresikan. Irama musik Dayak Kanayatn memiliki elemen-elemen dasar meliputi ritme, melodi, dinamika, harmoni, tekstur, bentuk, warna, dan gaya. Ritme dalam musik Dayak Kanayatn adalah gerakan kehidupan alam dengan ukuran beat tertentu (meter) dan dengan kecepatan tertentu (speed) pula. Melodi dalam tradisi musik Dayak Kanayatn ibarat alur kehidupan yang dijalani masyarakatnya, sedangkan dinamika ibarat intensitas kehidupan manusia yang berhubungan dengan konsepsi religius dan adat istiadat. Selanjutnya harmoni dalam irama musik Dayak Kanayatn merupakan penggabungan konsep hidup secara horizontal yang mengacu pada keserasian hubungan masyarakat dengan lingkungan, para leluhur, makhluk halus, dan Jubata. Melalui penggabungan elemen-elemen tersebut, irama musik Dayak Kanayatn menjadi sebuah musik yang mempunyai citra keindahan sesuai dengan karakter budayanya.

Penyajian irama musik Dayak Kanayatn mampu memancarkan nilai-nilai estetika yang tidak terlepas dari konsep-konsep musikal dan keindahan. Dalam mengungkapkan nilai-nilai tersebut, baik nilai simbolis maupun estetis perlu diketahui hubungan dan konsep, bunyi musik, dan prilaku masyarakat dari sebuah budaya musik. Keindahan bunyi yang diekspresikan dalam pertunjukan irama musik Dayak Kanayatn tidak terlepas dari konsep religius, yaitu Tuhan, manusia, dan makhluk gaib (makhluk halus dan roh para leluhur) atau tiga dunia, yaitu Dunia Bawah, Dunia Tengah, Dan Dunia Atas yang menjadi inspirasi bagi pembentukan nilai-nilai kehidupan. Dunia Atas dilambangkan dengan Agukng, Dunia Tengah dilambangkan dengan Dau, sedangkan Dunia Bawah dilambangkan dengan Gadobokng. Jalinan ketiga instrumen itu mampu memberikan suatu keindahan dan kesakralan yang dianggap oleh masyarakat sebagai lingkar kehidupan suci dalam dunia ini.

Keterampilan dalam menabuh atau memainkan Dau dan instrumen lain membuat musik yang dihasilkan memiliki keserasian. Musik tersebut menjadi sesuatu yang hidup, indah, dan mempunyai keselarasan. Tiga teknik dalam permainan irama musik Dayak Kanayatn kebanyakan dikuasai oleh para penyanyi, setidaknya ia mengenal dimana dan kapan ketiga teknik itu dimainkan. Pengenalan teknik dan karakter bunyi yang dihasilkan dapat dipadu dengan keahlian vokal, sehingga membuat tampilan musik tersebut sangat menarik ketika dibawakan mengiringi nyanyian seperti dalam kesenian Jonggan.

Kualitas vokal sangat ditentukan dengan keserasian terhadap permainan Dau, oleh karena itu diperlukan pengucapan nada yang tepat untuk menghasilkan suara jernih dan nyaring (tidak sumbang), sehingga enak didengar. Disamping itu diperlukan pula beberapa persyaratan seperti pendengaran yang jeli, pernapasan yang baik, dan rasa pengembangan musikalitas yang mantap untuk mendukung karya yang disajikan menjadi berbobot dan indah.

Pertunjukan upacara Baliatn mempunyai durasi yang panjang, terkadang dimainkan semalam suntuk. Oleh karena itu setiap pemain harus banyak menguasai pola tabuhan. Para pemain musik sedikitnya harus mengerti keseluruhan lagu yang akan dibawakan dalam upacara tesebut, sehingga bila upacara dimulai para pemain hanya menunggu tanda dari panyampakng, selanjutnya mereka memainkan musik dengan sangat akspresif dan bersemangat. Peresapan yang dalam terlihat ketika salah satu musik dimainkan dan tidak jarang para penonton merasa terpesona menyaksikan penampilan tersebut. Dari sini dapat diketehui bahwa musik juga dapat memberikan sebuah kenikmatan meskipun dimainkan dalam konteks upacara. Unsur kekompakan, kebersatuan, penonjolan, harmoni, serta keanekaragaman atau kompleksitasnya dapat tercapai melaui penangkapan dan pengolahan rasa musikal dari masing-masing pemain, ketrampilan dalam permainan, serta penghayatan yang dalam, yang kesemuanya itu dapat memberikan kepuasan tersendiri kepada pelaku dan penikmatnya.

Apabila suatu karya mampu memukau pengamatnya berarti karya itu telah menunjukkan kemantapan kandungan nilai estetis yang menyebabkan orang terpesona. Di dalamnya terdapat unsur-unsur pokok keindahan sebuah objek estetis atau sebuah seni. Objek yang ditinjau hendaknya mempunyai dua syarat, yaitu: (1) Distinctness (kekhususan), yaitu pertimbangan estetis harus dipisahkan dengan jelas dari ha-hal lain yang tidak ikut dinilai. Sebagai contoh menilai keindahan musik Dayak Kanayatn harus dipisahkan dari penilaian pemainnya yang tua, atau penyanyi yang bagus harus dipisahkan dari wajahnya yang cantik; dan (2) Perceptibility (dapat dipersepsi), yaitu objek estetis yang dinilai adalah objek yang dapat dipersepsi, baik itu didengar maupun dilihat oleh pengamat. Sebagai contoh seluruh pesan yang disampaikan melalui musik dan vokal mantra dapat dipersepsi oleh penontonnya, seperti dalam kesenian Jonggan.

Ada tiga unsur yang berhubungan dengan sifat-sifat keindahan suatu karya seni, yaitu: (1) Unity (keutuhan, kebersatuan, kekompakan, tidak ada cacatnya); (2) Complexity (kerumitan, keanekaragaman); dan (3) Intensity (intensitas, kekuatan, keyakinan, kesungguhan). Keutuhan berhubungan dengan kesatuan dan keselarasan jalinan musik yang ditampilkan, termasuk pula keselarasan nilai adat dan budaya yang dikandung musik tersebut. Kerumitan berhubungan bentuk musik atau pola garap yang ditampilkan dalam irama musik Dayak Kanayatn. Kompleksitas ini menambah nilai tersendiri bagi musik tersebut dan bagi orang yang membawakannya. Ia akan diakui menjadi seorang yang mempunyai musikalitas tinggi, seperti para pemain sanggar Amboyo di Desa Aur Sampuk, Kecamatan Sengah Temila, Kabupaten landak, Kalimantan Barat. Intensitas berhubungan dengan kepercayaan atau prinsip hidup yang dituangkan dalam musik tersebut, seperti unsur kepercayaan dan adat istiadat sebagai pengejawantahan kehidupan masyarakat Dayak Kanayatn. Keterikatan dan penuangan ketiga unsur keindahan inilah yang menjadi salah satu penyebab keberadaan irama musik Dayak Kanayatn masih dibutuhkan masyarakat pemiliknya disamping kandungan nilai estetis yang ada di dalamnya.

Jika di hubungkan dengan pernyataan di atas, meskipun ansambel yang digunakan dalam musik Dayak Kanayatn terbilang sederhana, tetapi dapat membuat sajian yang ditampilkan menarik dan enak dinikmati. Disamping itu pelaku kesenian musik Dayak Kanayatn sebagian besar sudah tergolong tua, tetapi ketika mendapat giliran menampilkan kebolehan menyanyi dan menari, mereka tidak mengekspresikan ketuaannya. Mereka seakan-akan merasa masih muda, penuh gairah, bersemangat, tampil menggebu, dan menyala-nyala, apalagi direspon secara atraktif seperti dalam kesenian Jonggan. Hal ini juga menambah suatu nilai lebih yang menandakan bahwa musik tersebut dapat hidup dan diterima disegala lapisan masyarakat dan lapisan umur, sehingga peluang perkembangannya sangat besar.

Keindahan mempunyai tiga syarat, yaitu: (1) Kesempurnaan atau tanpa cela; (2) Proporsi atau harmoni; dan (3) Kecemerlangan atau klaritas. Keindahan lagu irama musik Dayak Kanayatrn juga dapat dirasakan dari dinamika yang diatur sedemikian rupa, seperti kuat lemah, tempo lambat, sedang, dan cepat secara bergantian seakan mengalir tanpa cela. Harmoni antara nada Solekng dan suara Dau, vokal mantra dan jalinan berbagai instrumen yang ditampilkan sesuai proporsinya masing-masing menjadikan sajian musik Dayak Kanayatn memancarkan greget, kualitas garap yang disebut klaritas.

Ungkapan-ungkapan dalam vokal mantra atau vokal yang dibawakan dalam ansambel Jonggan dan upacara ritual Baliatn yang syarat makna ditonjolkan oleh seorang penyanyi dan pamaliatn. Ungkapan yang disampaikan adalah sebuah rekaman historis kehidupan masyarakat dan tentang asal kesenian itu lahir. Irama musik Dayak Kanayatn sebagai seni tradisi adalah adalah rekaman historis yang dapat dijadikan sebuah kerangka nilai estetis untuk dihayati dalam kehidupan masyarakat pendukungnya. Disamping itu kandungan nilai estetis tersebut dapat pula memberi rasa nikmat, indah, tenteram, damai, menyenangkan, sebagaimana keindahan musik ditampilkan sebagai sajian yang menarik, menyentuh, dan menggetarkan jiwa.

Demikian ungkapan musikal sebagai perpaduan nilai estetis dan nilai budaya yang ada dalam irama musik Dayak Kanayatn, telah terbukti dapat memberi kepuasan rasa tersendiri bagi penikmatnya. Suara nyanyian yang mengalun indah direspon oleh bunyi Solekng dan Dau yang mengantarkan jiwa untuk menampilkan nuansa kehidupan damai dan tenteram. Teks-teks lagu dan esensi cerita dimaknai untuk dapat menggugah kesadaran secara mendalam tentang makna dan tujuan kehidupan religius. Inilah yang dimaksud dengan unity yang memancarkan citra keindahan dengan kekhasan tersendiri sebagai ciri khas budaya masyarakat Dayak Kanayatn, sehingga keindahan yang dikandungnya menjadi keindahan yang membumi bagi setiap orang, terutama urakng Dayak Kanayatn.

You Might Also Like:

Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar