Kompleksitas kehidupan menjadi sebuah penjabaran zaman dalam menyapih perjalanan anak manusia di muka bumi. Begitu pula dengan karya seni, muatan-muatan nilai estetis dan simbol-simbol bunyi yang terkadang dikaitkan dengan ide merupakan jalinan kemajemukan, sekaligus rumit untuk ditelaah. belum lagi ketika kita membicarakan fungsi dan kedudukan seni itu sendiri dalam masyarakat, sebab yang menggantung seniman adanya kenyataan kompleksitas nilai dan ide yang ingin disampaikan. Sedang ide adalah geliat pengalaman hidup seniman.
berkaca pada pendapat Jacob Sumardjo terhadap pandangan seniman kalbar juga demikian. Tanpa sadar kita menganggap segala sesuatu berakar pada tradisi sampai untuk membentuk kebudayaan kalbar. Padahal musik tradisi telah membentuk identitasnya masing-masing dan telah kaya dengan sentuhan-sentuhan budaya masyarakat pemiliknya. keadaan ini terjadi pula pada peletakan ide dalam karya. sebuah karya seni merupakan gabungan pola bunyi untuk dapat menggambarkan ide. selain itu bunyi teramat absurd untuk dapat ditafsirkan sebagai ide. dua masalah ini menjadi muka berbeda yang menurut seniman sekaligus filsuf harus arif dalam menafsirkannya, sekaligus meletakkannya sebagai bobot karya seni.
Sebenarnya bunyi dapat dianggap sebagai wadah penggambaran suatu ide atau cerita yang akan disampaikan. Keseluruhan rangkaian bunyi sah-sah saja diartikan sebagai cerita. sedang makna adalah muatan dalam ide cerita tersebut. Melali pemilihan ini seniman dapat berlega hati dan melonggarkan ruang pilih dalam mengaplikasi kemampuannya. Bunyi si sini diartikan sebagai kota penggambaran dari cerita yang ingin disampaikan. Tanpa sadar desain dramatis dalam seni telah terbangun. Selanjutnya tinggal mengatur flot dan penyesuaian rangkaian motif dalam (penggalan karya) menjadi kesatuan utuh dan mempunyai konektifitas dengan tema.
Langkah selanjutnya adalah tugas dari audiens untuk membaca makna dari suguhan karya. namun yang harus diingat bahwa seorang seniman juga harus mampu mengungkap arti penting dari apa yang disampaikan. Kedalaman penangkapan inilah yang berbeda, tergantung banyaknya pengalaman dan kontemplasi seorang seniman terhadap masalah yang ia angkat dalam sebuah karya seni. Harus pula diakui kedalaman penglaman tidak mempengaruhi kualitas karya, karna ini tergantung pada seberapa dalam pengetahuan musik dan komposisi yang ia kuasai.Dari sini tanpa disadari akan hadir sifat kerendahan menghormati semua karya, karena tidak adanya ke-aku-an dalam berkarya. Karya akan hidup dengan ruh dan nafasnya sendiri, sedang seniman tidak tersesat di ladang kreatifitasnya sendiri.
Pandangan lain yang menyebabkan seorang seniman terjepit kaku diantara karya dan makna adalah hanya menitik beratkan penilaian pada aspek estetis. Bila hal demikian menjadi pilihan, seniman hanya berkarya sebatas merangkai pola bunyi sehingga menjadi bentuk keindahan. hal yang dilupakan untuk diperhatikan adalah fungsi dari jalinan-jalinan motif tadi. bayangkan jika membuat rumah dengan sepuluh ruang namun yang berfungsi hanya 6 ruang. Ruang lain yang tidak berfungsi cenderung mengganggu, baik dari segi keindahan dan efektifitas. Terkadang ada karya sederhana namun enak untuk dinikmati dan ditelaah maknanya. Bila ada karya atau repertoar besar, terkadang itu bukan karyanya yang besar, namun hanya melibatkan alat musik atau pemain dalam jumlah besar. Karya tersebut belum tentu mempunyai jalinan yang berfungsi dan saling mendukung. Kesatuan yang saling mendukung, bergayut, dan saling mengangkat fungsi inilah yang disebut UNITY atau kesatuan. Kira-kira di sinilah letak salah satu kekuatan karya seni. disamping itu akan menghadirkan kekuatan yang menopang penggambaran makna yang ingin disampaikan.
sudah saatnya seniman melepaskan keakuan dalam berkarya dan menyingkirkan anggapan bahwa makna yang gambarkan oleh karya. karya manggambarkan sebuah cerita tentang hidup dan di dalamnya terdapat makna dari cerita yang disampaikan melali karya seni. sudah saatnya pula untuk lebih memperhatikan jalinan fungsi dalam bagian-bagian karya (motif) atau bahkan fungsi karya itu sendiri dalam masyarakat, agar nantinya dapat mendukung kekuatan karya dan pemaknaannya. inilah yang dinamakan konseptualitas dalam karya seni. Sekali lagi bukan mau menapikan karya seni itu sendiri, namun karya juga mempunyai ruh yang ditiupkan oleh senimannya.