Skip to main content

follow us

Pengertian irama menurut masyarakat dayak Kanayatn sama dengan motif tabuhan. Hal ini karena konsep irama musik dayak Kanayatn disusun berdasarkan motif-motif tabuhan Dau dengan beberapa pengembangan yang disesuaikan oleh melodi pokok lagu dan vokal.

Kebanyakan bentuk irama musik dayak Kanayatn tidak mempunyai frase atau kalimat utuh seperti pada musik barat. Hanya beberapa motif tabuhan saja yang mempunyai bentuk lengkap satu bagian. Bagian ini merupakan hasil pengembangan motif pokok. Irama musik dayak Kanayatn dianggap sebagai motif dengan susunan nada-nada yang membentuk suatu pola melodi atau pola ritme. Bentuk ini berbeda dengan bentuk musik barat yang mempunyai bentuk satu periode dan beberapa frase yang membentuk satu kesatuan kalimat secara utuh. Pola-pola tersebut merupakan bagian terkecil dari frase lagu yang berdiri sendiri (Soeharto: 1992, hal. 101).
Artinya motif tersebut tidak terikat dalam suatu kalimat lagu, tetapi dapat dikembangkan dalam penggunaannya.
Keseluruhan irama musik dayak Kanayatn dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian awal atau intro musik dan bagian isi atau bagian motif. Bentuk motif ini terbagi lagi menjadi dua, yaitu bagian motif yang berbentuk satu bagian yang biasanya disebut irama enek dan motif yang berbentuk dua bagian atau disebut irama aya’. Secara garis besar satu motif lengkap terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu intro, prelude atau pengembangan intro, dan motif tabuhan, sedangkan bagian penutup merupakan bagian pengulangan dari anak motif tabuhan.

Pada umumnya irama musik dayak Kanayatn selalu dimulai dengan intro. Intro dapat dikatakan sebagai pembuka lagu atau bagian awal dari lagu. Intro merupakan bagian penting untuk mengawali suatu musik dan dapat dijadikan kerangka dasar dari musik yang dimainkan, karena dari intro tersebut dapat diketahui bentuk motif yang akan dimainkan.

Intro merupakan pengulangan dari penggalan motif bagian belakang. Melalui intro pemain dapat mengetahui irama musik yang akan dimainkan dan dapat mengetahui kapan mereka mulai memainkan musik dan masuk secara bersamaan atau sebagai tanda untuk masuk secara bersamaan dalam sebuah penyajian.

motif tabuhan jubata masak

Selain bentuk intro yang di atas, terdapat pula intro yang memainkan melodi pokok lagu secara keseluruhan. Fungsinya untuk memperjelas motif pada pengembangan permainan melodi pokok lagu dan untuk memberikan kerangka pengembangan irama atau motif dalam permainan saat dijadikan iringan vokal.

pengembangan pola tabuhan jubata masak

Pengembangan intro di atas sesungguhnya memainkan motif dengan variasi melodi menurun. Pemakaian nada-nada rendah pada birama 3 merupakan modulasi agar pengembangan tersebut tidak sama persis dengan motif yang akan dibawakan. Meskipun alur melodi turun (ascending) pada birama 4 terdengar janggal dan terkesan memaksakan, tetapi penyegaran dilakukan dengan mengulang melodi birama 1 pada birama 5 untuk mengembalikan nuansa musik seperti semula (penyegaran kembali), sehingga terdapat kesesuaian dengan motif yang dibawakan.

pengembangan intro pada tabuhan amboyo

Intro di atas merupakan intro dengan bentuk satu bagian. Bagian tersebut terbagi menjadi dua frase, yaitu frase tanya dan jawab. Frase tanya dimulai dari nada pertama (sol) birama 2 sampai nada 5 (sol) pada birama kelima dan kembali ke dominan. Frase jawab dimulai dari nada 5 (sol) birama keenam sampai nada 1 (do) birama 10 menggunakan alur melodi menurun (descending) untuk menuju tonika.

Nada dominan (sol) yang digunakan pada frase tanya merupakan koma dari melodi pokok intro yang masih memerlukan jawaban. Hal ini karena nada tersebut merupakan nada penuh yang digunakan untuk mempertegas perhentian frase tanya yang jatuh pada birama 5, maka jelaslah bahwa sampai birama tersebut belum dapat mengantar masuk kepada melodi pokok lagu yang dimainkan, untuk itu perlu ditambahkan frase jawab sehingga melengkapi satu kalimat. Bagian penghubung terdapat pada birama sembilan yang berfungsi untuk menghubungkan motif-motif sebelumnya dengan melodi pokok lagu, kemudian berakhir pada birama 10, maka lengkaplah sebuah intro satu bagian yang menghantar kepada melodi lagu.

Intro tidak dibuat tanpa perhitungan oleh seorang komposer musik atau pemain musik itu sendiri. Ia lahir dengan patokan rasa atau sesuatu yang menyatakan para seniman itu dapat menikmati musik tersebut. Oleh karena itu perlu ditambahkan dinamika agar musik tersebut menjadi hidup sesuai dengan pengekspresian emosi dengan memainkan teknik tril yang kebanyakan jatuh pada nada 1 (do) dan 5 (sol) setiap birama.

Dilihat secara sekilas, bentuk intro di atas akan dirasa janggal, namun bukan bentuk yang lebih diutamakan dalam musik tradisi, tapi nilai estetis musik terletak pada rasa dan kesesuaian hubungan bagian-bagian atau kalimat-kalimat dalam musik tersebut. Dari sini dapat diketahui bahwa pengulangan motif yang dimainkan sesungguhnya untuk melengkapi nada-nada pada birama pertama. Perlu diketahui pula bahwa birama pertama bukan birama gantung, karena walau tanpa birama pertama intro tetap utuh, artinya intro tidak terikat secara khusus dengan motif tabuhan, tetapi kebanyakan memainkan penggalan bagian akhir dari motif yang dimainkan. Nada-nada pada birama pertama setelah mendapat pengembangan hanya digunakan untuk memberi kode kepada pemain musik untuk masuk secara bersamaan.

Kepustakaan
  1. Soeharto, Kamus Musik (Jakarta: Grasindo, 1992)

You Might Also Like:

Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar