Skip to main content

follow us

Setiap musik mengandung unsur-unsur musikal seperti pola ritme, motif, melodi, harmoni, dinamik, frase dan sub frase, serta periode. Elemen-elemen tersebut ibarat bahan bangunan yang membentuk musik. Pola bangunan pembentuk lagu itu merupakan kesatuan yang utuh antara frase-frase pada sebuah lagu. Kajian bentuk musik tersebut diperlukan untuk mengetahui kalimat lagu pada sebuah musik melalui kalimat pertanyaan (varsatz phrase) dan kalimat jawaban (nachsatz phrase). Analisis bentuk musik juga akan membantu untuk mengetahui beberapa hal, yaitu: (1) apakah suatu bentuk musik berbentuk satu bagian, dua bagian, atau tiga bagian; (2) apakah bentuk suatu musik simetris atau asimetris; (3) untuk menentukan letak koma dan titik; serta (4) mengetahui pendistribusian motif serta pengembangannya (Karl Edmund Prier: 1996, hal. 2). Disamping itu melalui analisis bentuk musik dapat pula diketahui susunan semua unsur musik dalam sebuah komposisi, baik melodi, ritme, harmoni, dan dinamika, sehingga bentuk musik dapat dilihat secara praktis sebagai “wadah” yang di “isi” oleh seorang komponis dan diolah sedemikian rupa menjadi musik yang hidup (I Komang Sudirga: 2005, hal. 195).

Irama musik dayak Kanayatn sebagai bagian dari kesenian tradisi sangat kaya dengan unsur-unsur musikalitas. Kekayaan itu dapat diamati melalui tangga nada, ritme, melodi, harmoni, serta bentuk tabuhannya. Pola permainan Dau merupakan penentu pada pola permainan instrumen lain. Misalnya permainan Dau menentukan permainan Agukng dan Gadobokng, sehingga ritme Dau harus diikuti dan disesuaikan oleh dua instrumen tersebut. Selain itu pola garap nada pada instrumen Dau dapat berkembangan mengikuti irama vokal, walau wilayah nada instrumen tersebut sangat terbatas.

Tradisi musik dayak Kanayatn mempunyai perbedaan bila dibanding dengan penyajian musik barat pada umumnya. Dalam konsep musik barat instrumen perkusi, seperti conga, djembe, dan lain sebagainya telah mempunyai pola-pola ritme yang baku dari beberapa jenis permainan musik, sehingga ritme instrumen selain perkusi kebanyakan mengikuti dan menyesuaikan dengan tabuhan perkusi tersebut. Musik barat bersifat melodis sedangkan musik dayak Kanayatn bersifat ritmis, karena kebanyakan instrumen yang digunakan adalah instrumen ritmis, seperti Dau, Agukng, Sintetek Aji, dan Gadobokng, sedangkan instrumen melodis hanya instrumen Solekng.

1. Tangga Nada
Tangga nada atau laras dapat diartikan sebagai susunan atau sederetan nada-nada yang tertentu tinggi rendahnya dalam oktaf (Muhammad Takari, terj.: 1993, hal. 58). Tangga nada yang digunakan adalah Pentatonik Anhemitonik atau tangga nada yang tidak mempunyai jarak setengah (Karl Edmund Prier: 1996, hal. 3). Penggunaan nada-nada sangat fleksibel, karena tidak mempunyai standar nada yang baku seperti dalam musik barat. Tinggi rendah nada biasanya mengambil patokan nada yang terdapat pada instrumen Dau. Hal ini karena Dau dianggap sebagai instrumen utama, sehingga stem bunyi instrumen lain harus mengikutinya. Nada-nada instrumen Dau tidak mempunyai patokan tetap. Biasanya tinggi rendah nada diatur oleh pembuat instrumen atau menyesuaikan keinginan pemilik instrumen.

contoh penotasian musik dayak kanayatn

Wilayah nada pada instrumen Dau sangat terbatas dan kebanyakan memainkan wilayah nada-nada tinggi dan rendah secara bersamaan. Permainan ini dilakukan untuk mengisi ruang kosong atau menambahkan nada-nada pendek agar terkesan padat. Hal ini menyebabkan karakter musik dayak Kanayatn kebanyakan bernuansa ramai, riang, sakral, dan terkadang khidmat atau agung. Jarang sekali permainan instrumen Dau bernuansa sedih, meskipun tempo permainan tergolong lambat. Karakter sedih hanya ditimbulkan oleh permainan Solekng yang kebanyakan memainkan nada-nada panjang, sehingga terkesan ingin menyampaikan suatu jeritan atau mengadukan sebuah kesedihan. Oleh karena itu instrumen Solekng tidak dimainkan dalam upacara ritual perdukunan, karena upacara tersebut mengharapkan kesembuhan, kebaikan hidup, dan kebahagiaan, bukan kesedihan atau ratapan kematian yang dianggap bertolak belakang dengan konsep upacara.

2. Notasi
Penganalisisan unsur-unsur musikal dalam irama musik dayak Kanayatn dilakukan dengan cara penotasian (transkripsi) sistem notasi musik barat. Penotasian dilakukan dengan cara mentranskripsi melodi pokok setiap irama yang disesuaikan dengan beberapa perubahan. Sistem penotasian ini juga disesuaikan dengan interpretasi masyarakat terhadap bunyi musik.

contoh penotasian musik dayak kanayatn

Selain bentuk notasi di atas digunakan pula notasi bentuk lain, yaitu dengan hanya mentranskripsikan melodi pokok motif (balungan) permainan Dau We’nya dan Dau Naknya. Penotasian ini digunakan untuk mempermudah menganalisis pola ritme dan pola melodi, karena dengan mentranskripsikan bentuk balungan dalam satu garis birama akan mudah diketahui susunan nada dan perkembangan motif tersebut. Adapun bentuk notasi yang digunakan sebagai berikut.


Kepustakaan
  1. Karl Edmund Prier, Ilmu Bentuk Musik (Yogyakarta, Pusat Musik Liturgi, 1996)
  2. I Komang Sudirga,  Cakepung: Ansambel Vokal Bali (Yogyakarta: Kalika, 2005)
  3. Muhammad Takari, terj., Kebudayaan Musik Pasifik, Timur Tengah, dan Asia (Padang Panjang: Universitas Sumatera Utara Press, 1993)
  4. Karl Edmund Prier, Ilmu Bentuk Musik (Yogyakarta: Pusat Musik Liturgi, 1996)

You Might Also Like:

Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar