Skip to main content

follow us

Organisasi musikal berkaitan erat dengan dua hal yang tak dapat dipisahkan, yakni melodi dan ritme atau ruang dan waktu. Unsur melodi berkaitan dengan ruang, setiap nada dalam garis melodi bergerak sesuai dengan tinggi rendahnya. Sementara tinggi rendah nada mempunyai durasi secara panjang dan pendek sebagai unsur ritme. Artinya ritme berhubungan dengan waktu, setiap nada melodi memiliki durasi yang berbeda dan dengan perbedaan durasi itulah tercipta rangkaian nada-nada yang harmonis.

Konsep tabuhan irama musik dayak Kanayatn meliputi hubungan antara ritme inti dengan variasi ritme pada kedua permainan Dau. Seperti diketahui bahwa sebuah motif terdiri dari beberapa nada sebagai melodi inti dan dengan demikian akan membentuk beberapa interval secara berturut-turut. Salah satu interval dapat diperbesar atau diperkecil pada permainan motif lain. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan ketegangan atau sebaliknya, memberi suasana hening dan sakral dalam sebuah upacara. Secara umum pola ritme dalam irama musik dayak Kanayatn terbagi menjadi beberapa macam. Adapun pembagian pola ritme tersebut adalah sebagai berikut.

a. Pembalikan Pola Ritme
Pembalikan pola ritme banyak terdapat dalam irama musik dayak Kanayatn. Biasanya pembalikan tersebut digunakan pada motif yang pola melodinya hampir sama, sehingga pola ritme yang digunakan pada Dau Naknya biasanya hanya menambahkan variasi pada tabuhan atau motif lainnya.

pembalikan pola ritme

Pembalikan pola ritme seperti terlihat pada motif di atas terjadi pada tabuhan Dau Naknya. Nada dengan hitungan dua ketuk pertama pada am diganti dengan dua nada 1/8 dan ¼ pada am1, dengan kata lain memajukan ketukan 3 dan 4 pada am menjadi ketukan 1 dan 2 pada am1. Selanjutnya dua ketukan pertama atau nada ½ pada am dipindahkan kebelakang menggunakan tiga nada 1/8 pada am1 atau pada ketukan 2 dan 3. hal ini dilakukan untuk meningkatkan ketegangan dan klimaks pada akhir tabuhan.

pembalikan pola ritme samoko lajakng besar

Pola permainan Agukng pada contoh di atas adalah nada-nada yang jatuh secara bervariasi. Nada-nada ini dimaksudkan untuk memperkuat alur tabuhan Dau Naknya dan memberi variasi ritme untuk mempermanis tabuhan tersebut. Hal ini menyebabkan pola ritme tabuhan Agukng harus pula dibalik untuk mendukung harmoni permainan kedua Dau tersebut.

Variasi ritme terjadi pula pada tabuhan Gadobokng, karena pembalikan pola ritme pada Dau berpengaruh pula pada tabuhan instrumen lainnya. Tabuhan Gadobokng pada birama 2 dirobah dengan menggunakan not 1/8 pada ketukan 3 dan 4 birama 3. perubahan nilai nada ini dilakukan untuk memperluas jarak ritme dibanding pada birama 2, sehingga ketegangan yang ditimbulkan oleh tabuhan instrumen Dau dapat dikendorkan. Disamping itu pola tabuhan Gadobokng berfungsi untuk mempertegas nada setiap ketukan pertama dan ketiga, sehingga sekat nada yang dimainkan Agukng dapat diperjelas untuk menimbulkan harmoni secara keseluruhan.

Tabuhan ini melukiskan sebuah perjalanan seorang pemimpin dayak Kanayatn menuju kehidupan religius. Dibelakangnya adalah pengikut untuk mendapat berkah dari perjalanan itu. Gambaran tersebut dapat dilihat pada pola permainan Dau We’nya dan Dau Naknya. Pola tabuhan di atas juga menggambarkan norma kehidupan masyarakat dayak Kanayatn. Mereka masih mempercayai bahwa hidup harus mengikuti jejak leluhur. Layaknya orang tua berjalan, anaknya mengikuti dibelakang dan seperti sebuah musik, Dau satu diikuti oleh Dau dua. Selain itu tabuhan Agukng dan Gadobokng menggambarkan nilai kehidupan yang mengatakan bahwa hidup dilalui dengan belajar mengikuti kebaikan yang telah dicontohkan oleh orang terdahulu, sehingga keseluruhan tabuhan instrumen dalam irama musik dayak Kanayatn selalu mengikuti pola ritme Dau.

b. Penyempitan Pola Ritme
Sebagain besar irama musik dayak Kanayatn mempunyai pola tabuhan yang hampir sama, sehingga sulit untuk mengingat nama masing-masing tabuhan tersebut. Hal ini karena pada beberapa motif tabuhan hanya mengalami penyempitan dan pelebaran pola ritme. Perubahan pola ritme tersebut berpengaruh pada melodi pokok sebuah irama musik. Secara otomatis melodi pokok pada setiap motif tabuhan akan berubah sesuai penyempitan dan pelebaran pola ritme tersebut, seperti motif di bawah ini.


Penyempitan pola ritme seperti contoh di atas dilakukan secara bebas. Penyempitan tersebut terlihat jelas pada dua ketukan pertama pada am1 yang merupakan penyemitan dari dua ketuk pertama am. Secara sekilas penyempitan itu tidak beraturan atau dilakukan secara bebas dengan berpatokan pada nada 1 (do) yang jatuh pada ketukan ketiga setiap biramanya. Penyempitan ini akan dapat diperjelas bila memperhatikan motif tabuhan Gadobokng.

penyempitan pola ritme samoko batimakng

Pola tabuhan Gadobokng mengalami perubahan sesuai dengan penyempitan yang terjadi pada pola tabuhan Dau. Penyempitan dilakukan dengan mengisi nada-nada setiap tanda henti dan nada keempat am dengan nada 1/8, serta mengganti nada kedua am dengan nada 1/16, sehingga ritme pokok pada am dipersempit menjadi dua kali lipat pada am1. Penyempitan ini dilakukan untuk meramaikan suasana. Meskipun tempo yang dibawakan terbilang lambat, namun karena kerapatan ritme yang dibawakan membuat motif Samoko Batimakng tersebut terkesan ramai. Perlu diingat, perubahan ini juga untuk menghindari kesan melankolis atau suasana sedih yang tidak ditemui dalam seluruh irama musik dayak Kanayatn. Contoh lain dari penyempitan tersebut dapat dilihat dari motif di bawah ini.

musik bagu dayak kanayatn

You Might Also Like:

Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar